most popular

Kamis, 17 November 2011

Black Paris

Sepasang kekasih baru memasuki pintu. Seorang gadis melambaikan tangan padaku dan menuju ke arah ku yang berada di ujung kedai kopi ini. Aku tersenyum. Jadi lelaki ini yang selalu diceritakan Key. Sesuai janjinya, Key akan mengenalkan kekasih barunya padaku akhir pekan ini. Baiklah, harus ku akui lelaki yang digandengnya kali ini benar – benar tampan. Tak heran juga, sepupuku yang satu ini memamng memiliki wajah cantik. Namun ada yang janggal pada lelaki itu. Key duduk dan menyapaku, kemudian ia memperkenalkan lelaki itu. Evan. Namanya yang singkat mampu mem-pause hidupkku selama 5 detik. Mereka duduk di depanku. Memesan kopi dan asik berbincang sendiri setelah menyadari aku sedang menggarap mati – matian tugas akhir semesterku.
Ku tatap lagi pemilik tubuh yang indah itu, tangannya melingkar manis di pinggang sepupuku. Otakku beradu dengan hatiku mencerna apa yang terjadi, logikaku tak mampu menerima kenyataan. Aku tak tahu bagaimana sepasang mata hitam yang dulu milikku sejak tadi asik menatap wajah rupawan sepupuku. Dan kenapa pula ia disini? Aku pura – pura tak memperhatikan keduanya yang sedang dibakut kasih.
Masih jelas bayangan antara aku dan lelaki itu, dua tahun yang kacau memaksaku menyingkirkannya dari hidupku. Mungkin saati itu Evan telah lelah dengan sikapku yang kacau dan kerap mengabaikannya. Sebuah efek samping yang diakibatkan oleh sepasang suami – istri yang tidak bertanggungjawab, berhasil mengacaukan kehidupanku dan bahkan membunuh calon adikku yang masih dalam kandungan ibu. Aku sendiri terselamatkan karena kepedulian saudara – saudaraku. Hingga kini mereka mengirimku belajar ke negara bermenara yang merupakan kiblat mode dunia. Keluarga Om Hervan sangat baik, aku dikirim bersama anak bungsunya. Mereka berharap aku dapat menjadi anak yang baik dan tentunya tidak akan mengulangi kesalahan orang tuaku.
Di depanku, sepupuku dan mungkin mantan kekasihku masih menikmati keadaan, oh baiklah.. kami sebenarnya tidak pernah benar – benar mengatakan berpisah. Hanya waktu dan keadaan yang membuatku seperti menghilang dan tiba – tiba  aku ada di tempat ini tanpa membiarkannya untuk melupakanku. Aku kembali memastikan penglihatanku. Hatiku berharap ia bukan Evan yang pernah aku tinggalkan. Tapi kenyataan mengalahkan segala usaha mengelabuhi pikiranku. Sebenci itukah dia hingga tak mengenaliku lagi? Atau dia berpura –pura lupa lupa dan sengaja mencari sepupuku untuk membalas sakit hatinya? Atau ini permainan –Mu  Tuhan? Aku benci ini !
Aku tetap berpura – pura mengerjakan tugasku dan sesekali mencuri pandangan ke arah mereka dari balik gadget canggihku yang biasa disebut laptop oleh orang negaraku. Andai dia tahu, tak seperti yang ku inginkan untuk meninggalkanmu. Saat itu aku hanya masih sebagai seorang remaja yang labil. Keegoisan orang tua ku membuat kejiwaanku terguncang. Dan wajarnya seorang lelaki  normal tidak akan pernah mencintai wanita yang tidak begitu waras sepertiku. Belum lagi berbagai luka memar yang merupakan make up alami wajahku. Pelipisku kerap mengucurkan darah segar ketika emosi ayahku memuncak. Betapa rendahnya aku saat itu. Aku ingin pergi dari hadapan mereka berdua dan menumpahkan air mataku. Aku mengurungkan niat ku untuk pamit pulang ketika Key yang meminta izin dulu ke toilet. Aku mulai membereskan barangku. Kemudian..
“kamu sepupu Key dari Indo juga kan? Aku juga dari Indo. Lagi banyak tugas ya?” Evan tersenyum dan menatapku.
Aku melepas kacamata dan memasukkannya kemudian memjawab. Pura – pura bodoh tak mengenalnya.
“ya..ibu ku adalah kakak papa Key.” Aku tersenyum, kuberanikan diri menatapnya
“ini tugas penelitian sosial aja kok J” tambahku.  Sepertinya sejak kedatangannya belum menatapku sungguh – sungguh. Kini tatapan matanya berubah aneh terhadapku.
“sudah berapa lama tinggal di- “ ucapanku terputus
“Raisa?” sepertinya Evan mulai mengenaliku. Wajahanya benar – benar terlihat speechless  saat menyadari itu aku. Aku meraih tasku dan berlari ke luar. Aku enggan menampakkan air mataku di hadapnya. Di mencoba mengejarku. Hanya beberapa meter dari tempat tadi Evan mampu mengimbangi langkahku. Dia menarik lenganku dan membenamkanku dalam peluknya. Lama. Aku tak mampu membalas pelukannya. Pikiranku bercampur. Mungkin bahagia dan khawatir tentunya. Apa yang akan terjadi pada Key bila ia melihat sepupunya ini berani memeluk kekasihnya? Aku benar – benar takut. Evan tak juga melepas pelukannya. Kurasakan rindu darinya yang amat mendalam masuk dan merambati auraku.
“aku mencarimu selama ini. Aku menyusulmu, tapi tak juga menemukanmu. Tapi aku bertemu Key..” kalimatnya yang terkahir diucapkan dengan penuh penyesalan. Aku tetap membisu, mataku basah. Aku mencoba melepaskan diri dari pelukkannya. Tapi tubuhnya menolak untu melepaskanku. Tapi akhirnya pelukannya melemah setelah melihat mataku basah.
“aku tetap mencintaimu…”Evan menatapku lembut, matanya teduh, wajahnya mendekat hingga bibirnya bertemu dengan milikku. Aku membalasnya, bibirnya yang lembut menari sempurna di atas bibirku. Kami saling beradu. Aku juga mencintaimu, batinku. Aku sangat merindunya. Saati itu terdengar musik khas yang lembut dari gesekan biola milik pengamen jalanan. Aku merasakan atmosfer yang berbeda saat ini. Dia menyudahi beradunya bibir kami.
“bagaimana tentang Key?” aku bertanya lirih dan tak berani menatap matanya. Dia mengusap air mata yang masih tersisa di pipiku.
“kau tentu menyayanginya. Tak semstinya aku berbuat kurang ajar seperti ini dan melukai hati saudaraku sendiri. Sudahlah.. lupakan segala tentangku..” aku menjauh dari jangkauannya. Namun tatapan matanya memohon mencoba untuk mencegah kepergianku. Genggaman tangannya dipererat untuk menahanku.
“RAISA !” sebuah suara lanatng meneriakkan namaku dengan kasar. Tanpa menoleh ke sumber suara tentunya aku sudah tau pemilik suara itu. Sepertinya sepupuku telah berdiri lama manyaksikan kelakuanku. Aku menatap Key penuh rasa bersalah. Aku kembali menatap Evan. Aku berlari meninggalkan mereka berdua yang tetap terdiam. Baik Key maupun Evan hanya diam mematung dan membirakan aku pergi begitu saja. Perasaanku bercampur dan tak dapat terdevinisikan. Aku berlalri sekuat yang ku mampu. Aku takut. Aku menangis sepanjang jalan. Hingga aku lelah. Lelah. Lelah.. benar  benar lelah. Dan lelah.
Sejak saat itu aku tak lagi berani menemui Key lagi. Aku benar – benar menghilang dari kehidupannya. Key, terlalu baik padaku. Aku berjanji suatu saat akan membalas kebaikan keluarga Om Hervan. Maafkan aku Key.. aku meninggalkan segalanya. Sangat berat tersesat di negri orang. Saat itu benar – benar kelam. Aku benci menjadi bodoh dan selalu sial seperti ini.
Aku bersandar di bahu suamiku. Kami duduk sebuah bangku pada taman kecil di sudut kota Paris. Ia mengusap lembut perutku.
            “aku tak sabar menanti ia lahir. Aku tentu akan mengajarinya bermain bola. “ aku tersenyum mendengar ucapannya. Evan masih seperti yang dulu bahunya tetap nyaman untukku  disana. Tetap tulus menyayangiku meski kita berada dalam masa – masa yang sulit seperti ini. Aku mencium pipinya, menikmati indahnya sore di langit Paris hingga awan –awan jingga benar – benar berganti kelam. Hitam. Dan aku tetap disini Black Paris.

Selasa, 15 November 2011

diary T.F.D ( my dance group )


Ternyata menang itu seneng, bangga, wangi, manis, guriih..mmh.. laper ! pengen nangis, bingung, undefined dah. Bingung sih duit 600 ribu ini mau dibuat apa. :D huaah.. emang semua butuh proses. Terimakasih kepada Tuhan, temen – temen kreatif, mbak kokom selaku manager ilegal T.F.D yang tetep the best, serta temen – temen yang support kita, yang gemes sama kita, sampe yang sebel sama kita, sekaligus kami ucapkan terimakasih kepada mbak – mbak yang pernah mem-video kami dari 3 sisi yang nggak mungkin kami ketik nama kalian disini karena pasti bakal disensor oleh tim kreatif. ( kapan – kapan kita nge-copy dong, buat evaluasi ). Nih.. kami cuwil-in perjuangan lebay kami :O
1.       Mulung, Ngamen, Nggembel.. ? Whatever..!! Sing penting DUIT
Kisah ini berawal dari semangat yang membara dari Qiwos alias Wisma. Dia baca salah satu artikel di koran harian kota kita, kalo bakal ada lomba dance. Sebenernya nggak cuma dance sih.. ada lomba mading, design koran, sama band juga. Karena kami pikir belom ada yang mengajukan diri untuk mewakili sekola.. yah.. dengan terpaksa dan bahagia kami maju. Dimulai dari perekrutan anggota, karena meninginkan inovasi baru kami mengajak deva bin depo serta febianTO yang kalo ditanya ngaku namanya ”bian” ( gubrak !! ) yang memiliki kemampuan break dance untuk bergabung.  Jujur ya..kami nggak punya cukup uang, memang butuh dana yang gede kalo mau tampil keren. Dengan persiapan yang acak – acakan, kami tetep nekat mendaftarkan diri. Bahkan pernah punya niat :“nawaitu ngameni suapayaai dapati duwiiiti..lillahi taalaa “. Tapi nggak jadi gara – gara diceritain temen si Molen ato Helen ato Monyong kalo temennya di uber – uber abang satpol-pe-pe gara – gara jadi gembel gitu! prak yo GOKIL :D
Akhirnya bikin status~gimana cara dapetin duit~ dan di comment oleh kakak saya yang tercinta yang berada jauh di Kalimantan. Di kasih saran dah suruh jual buku bekas, sepatu bekas, kaleng bekas, besi bekas, beha bekas.. hahahaha. Dan perjuangan kita berawal dari sini, jadi maniak jualin barang – barang ! mulai dari aqua gelas bekas, kerdus, buku,  besi bekas, bahkan koleksi origami yang berbentuk burung yang saya tempatkan di botol ikut terjual ( botol kacanya yang di jual ), bekas sampo, bekas farfum, dll. Makasi mbak kokom sumbangan bekas nya ! Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dan dengan didorongkan oleh  keinginan luhur, supaya bisa ikut lomba dance, maka akhirnya T.F.D dapat mengumpulkan uang untuk les dance.Tuhan..terimakasih telah menguatkan kami. AMIN.
2.       BBB ( Bohai, Binarko, dan Bencong )
Cobaan demi cobaan terlewati ( mulai lebay ). Yah… namanya dunia entertain gimana juga ceritanya tetep aja ada saingan.. eh, bukan...mmh, lawan ? yah.. teman ? eh..mungkin pihak lain yang tidak suka akan kehadiran kami, mmh.. mungkin juga cuma perasaan kami. Semoga cuma begitu,AMIN. Abis serem sih.. kita nggak salah kog J apa ? anggep kita rival ? makasih.. berarti si bohai masih menganggap kami memiliki kemampuan yang lebih. Tapi suer.. kita Cuma umbel – umbelan gini doang kok. Bohai ? bohai kalian kok. Duit ? tebel kalian kok.. Cantik ? tenang.. suer dah cantik kalian. Cuma cowo rabun mata aja kali yang nolak kalian ( berarti cowo saya rabun dong ! )
Kita tetep cuek dan sekuut. Sampai suatu saat waktu kita buat les dance abis.. padahal pengennya kita nambah gerakan lagi. Mana nggak ada duit. Hampir putus asa sih.. tapi Tuhan yang cinta banget sama kita mengirimkan seseorang pelatih dance sambungan yang kadang – kadang kesurupan malaikat. Nah? Loh ? abis.. kadang baiik.. kadang baiiknya ilang. Okedaa..call him Binarko yang ternyata baru saya sadari kalau dia ternyata temen SD saya walopun kaga sekelas. Makanya kaga asing neng, tapi sayangnya baru saya sadari waktu tugas mulianya mengajari kita selesai dengan agak baik. Jadi nggak ketemu lagi dah.
Tiba saatnya pensi antar kelas di sekolah kami. Kami meminta izin kepada pihak yang berwenang agar kami dapat tampil di acara tersebut. Yah.. meskipun saya juga ikut berwenang. Nggak maksud kolusi  juga sih. Memang masih buaaanyak waktu kosong buat penjurian. Dari pada waktu kosong.. nah.. jadi pak ketua pelaksana pensi mengizinkan kami nongol di acara tersebut. Makasi  yak bang Berli.Yah.. tau kan kita ini bohai aja kaga, masih aja ada yang gemes !! mereka bilang : Ora due bokoong !  :D wew.. asik kan. Dari pada diganjel kaos kaki kan ?
Dan Bencong pun beraksi.  Waktu itu bencong jadi Master of Ceremony di our school event. Oke.. kaga tau kena setan mana tiba – tiba si bencong bilang kalo dance kita keren. A ? unbelievable !! kita aja anggepnya kacau. Hingga suatu hari kita diajakin latian bareng,  di janjiin diajakin ikut lomba..di fasilitasi ini itu. Sampai… salah satu dari kami menyadari ada yang  janggal. Kami nggak tinggal diam dong. Kita tetep nyari untung dari tuh bencong! Kita dapet sih beberapa gerakan untuk tambahan lomba. But.. ini nggak sebanding ! nggak adil !Tuh bencong sudah nge-copy lagu kita ! Sudah kita ajari gerakan kita ! sudah tau full gerakan kita yang kita dapet dari mungut sampah! Modal muka beton tauk! Tiba – tiba dia ngebatalin lomba dance bareng kita ! WHAT ! sebel ! anyel ! mangkel ! bukan gara – gara kecewa nggak ikut lomba. Coba dah rasa in gimana rasanya abis diangkat terus di buang ? dan muncullah argument negatif ”jangan – jangan tu bencong bukan butuh kita, tapi butuh gerakan kita ? terus yang diajakin lomba itu temennya pake gerakan kita? “ arrgh !! sebel tauk ! T.F.D semangat yo.. L biarlah bencong berlalu.. Tuhan, terimakasih telah mengirimkan BBB, semoga berguna suatu saat nanti. AMIN
3.       Njungkel Itu Sakit Yak ?
Dan bencong pun berlalu, yeah.. kita ngerti bakal ketemu bencong lagi waktu hari tampil kita. Well, kita nggak optimis menang. Yang saya inget, satu celetukan Molen “ Laskar Pelangi cah! SEMANGAT ! “ Cuma bisa senyum doang sih.. kalo inget waktu itu, awan mendung udah siap mau ngelepasin butiran – butiaran air deres. Untung ada Mama Molen yang siap siaga bantuin kita make up.  Sumpah..kita suda nggak ada uang buat bedak –in muka ! bukannya orang tua nggak dukung.. haha, sudah terlalu banyak kita minta duit L . apa lagi anaknya bukan cuma saya, tau kan rumah saya itu seperti peternakan? Oke.. dengan kostum yang kurang memadai dan sepertinya kurang layak tampil, kami membawa nama sekolah. Melas sumpah cah.. andai kalian tau kostum kita saat ini. Makasih buat temen – temen OSIS, Kreatif, dan yang laennya yang udah bela – belain datang hujan –hujan J teriak- in kita, besop saya angkat jadi pengisi suara cheerleader dah !!. Dan memang karena kostum kami yang made in nggawe dhewe sukses menggeser kami untk berada di daftar group nggak mungkin menang.
Yup..mungkin masih pertama.. bisa buat pelajaran lah. Tuhan.. terimakasih telah mengantar kami hingga kami berada disini. AMIN
4.       From Zero to Hero ( AMIN )
Nggak berasa, meski awalnya saya nggak kenal sama makhluk gokil bernama depo, tapi karena sering latihan dan berusaha bareng, haha.. kita seperti memiliki atmosfer tersendiri J nyaman bersama kalian teman. Okay.. lomba usai, dan kembali fokus pada pelajaran, dan nggak ada dispensasi yang sering kami gunakan sebagai alibi untuk membolos. Hahaha… ketauan dah. Next..di – skip aja dah.. emang nggak ada yang seru  5 minggu setelah lomba acak – acakan itu. Eh.. gossip nih.. bohaii kog jadi baek ? apa paling gara – gara kita kalah mereka sadar kalo kita nggak ada apa – apanya ?? whoeeiiizzt J yo mbok ngono to mbak yu.. lek ngguyu AYU :p
Hingga suatu saat saya mendengarkan berita yang disiarkan dari salah satu gelombang radio di kota kami. Akan ada lomba dance pada hari minggu 12 juni. Pengen ikut ? tentu !! tapi.. masih ada ulangan. Setelah bertanya pada teman – teman. They said : OKAY . wee !! asik.. dimulailah latihan hanya kurang H-3. Kudu rajin dah. Mana mas febianti lagi super sibuk gantiin si ibuknya dah dirumah. Pasti unyuuk- unyuk dah kalo bang febianti pake daster.. poseeeng mak !! kita Cuma ngerubah konsep kostum dan memberikan sedikit perubahan pada opening agar lebih match dengan konsep yang baru ini. Pengajuan  konsep kostum dari saya untung bisa diterima temen – temen. Dengan mengusung tema goes to school, serta bantuan dari kakak molen, maka jadilah lagu buat kita ! our second perform..dengan baju yang cap sil banget, rok SD, baju hem putih bekas yang kita cuci bolak – balik biar kinclong serta sedikit permak maka jadilah kostum goes to school . kali ini berdasarkan belajar dari pengalaman, kita ngumpulin duit buat make up ( cieee..) dan sedikit aksesori. Hehe.. latihan terakhir mbak kokom sang manager yang the best, baeg banget beliin tahu bunder – bunder ! enak ngertio.. mau coba ? di deket rumah molen ato di deket rumah lucky A4. Coba deh..bukan promosi, cuma curhat iki.
Tanggal 12 tiba, dengan  nekat dan minimnya latihan membuat ya..rada –rada serem. Apalagi denger kabar kalau lawan kita di lomba sebelomnya yang bisa lolos ke tahap berikutnya juga ikutan lomba ini. Wew.. dapat urutan tampil nomor 3. Bismila..berdoa dulu, dengan di damping mbak kokom dan erlin yang akhirnya ngaku manager assistance ..we saidT.F.D… Yeaaah ! “
Waktu tampil tiba.. kamu tau.. ancur.. banyak yang salah. Sumpah.. gerakan itu rapi waktu lomba sebelumnya. Mana lagi pekan ulangan, jadi nggak bisa ambil full time buat latihan. Tuhan..mana ada eror sama operatornya ! lagu kita belon selesai.. mana sudah di stop !! God ! kita stop nggak wajar! Ancur.. si Molen tampangnya monyong bangeet, padahal aslinya sudah monyong. Si Wisma pasang wajah kucel, opo lagi depo.. haddeh.. kayak baju kaga pernah di setrika. Si Febi yang kaga normal..malah senyum – senyum.. pasang wajah keibuan, apa gara – gara keseringan pake daster yak ? nggak kuat ngiket emosi. Jalan dah saya ke meja operator.. eh mak! pake nge les pisan bapak operatornya, jadi ikut monyong dah saye ! tapi abis balik kanan grak dan bawa konsumsi, saya di tanya in ibu – ibu pake kerudung, yang kayaknya kiriman Tuhan. Ibu tadi kasih pujian. Akhirnya balik dengan monyong yang sedikit berkurang. E.. waktu balik ternyata si bebeek sudah rapi nunggu in aku selesai manggung :*.Molen air matanya mau tumpah ajah ngajak balik pulang.. tetapi saya tetep demen di situ. Stay cool ajah..yang laen juga pada pengen pulang. Tapi nggak tau kok saya masih betah aja. Akhirnya mbak kokom selaku manager  yang bijak kasih kita briefing singkat. Dan saya mendukung argument mbak kokom, dan akhirnya mereka nurut diem di tempat sampai pengumuman tiba.
Pengumuman lomba menggambar dan mewarnai selesai diumumkan. Si depo dan molen ngasih tampang ogah – ogahan denger pengumuman, dan saya pura – pura cuek tapi ada feeling dah.
Harapan 2 diraih oleh..blabla…,  harapan 1 diarih oleh..blablabla..(pokok mbak sexy dan glamour mode on ) dan juara 3 diraih oleh T.F.D.. dan saya loading..Wisma berdiri dari duduk dan teriak – teriak histeris dan berpelukan dengan  manager dan asistennya.. Molen merubah pose bibirnya, dari MONYONG menjadi MANGAP, depo dan febi ? nggak sempet lihat dah.. keburu sadar terus berpelukaaaaan, nge jotos in bebeek gara – gara nggak percaya.. kita seneng.. depo bisa ketawa. Hahaha… Tuhan.. terimakasih.. 600 ribu nggo opo iki ? huahahaha. Tuhan.. semoga ini langkah awal kita ! AMIN.
5.       T.F.D  Iku Opo Seeh ?
Awalnya sih mau kasih nama dementor ( nama dedemit di harry potteng.. eh.. potter ) gara – gara waktu pelajaran TIK nggak dengerin malah ngoceh persiapan dance. Eh.. Bu Pras malah ngomongin dementor.. nah.. asik tuh.. tapi karena dementor memiliki karakter jahat, kita nggak jadi ambil nama itu. Terinspirasi dari kartun spongebob squarepants, sama hantu nya yang unyuuk – unyuuk, kadang bego kadang serem.. hehe.. The Flying Dutchman , emang mitos nya sih emang beneran hantu.. kalau nggak percaya coba deh pada search di google.hahaha..karena keterbatasan waktu karena harus menyetorkan nama group dance serta teman – teman setuju, yaudah pake itu aja. Semoga dah membawa berkah.. AMIN.
Nah itu tadi cuwil – an perjalanan kita, cerita diatas memang kisah nyata ( true strory ) namun disisipkan beberapa perubahan agar dapat menarik minat pembaca, daaan… Apabila ada yang kurang berkenan atas tulisan diatas saya selaku perwakilan T.F.D mohon maaf, karena tulisan ini dibuat hanya berdasarkan prespektif 1 orang ( dapat menimbulkan pendapat yang berbeda apabila ditulis oleh orang lain ) . mbah karjo noto boto, ra kroso ojo rumongso!!
Tetep semangat ! T.F.D.. salam anggota club : uwluuuuwluuwlu… puja kerang ajaib sponge !!




Pesan dari Tanah Putih



Aku tak mengerti tentang arti masa abu-abu putihku selanjutnya. Fikirku kacau, kelam. Aku bahkan tak mengerti bagaimana dan kenapa aku berada disini. Samar-samar masih kudengar tawa teman-teman, suara lantang mereka memanggilku kembali bergabung untuk menggoreskan kenangan manis sewajarnya seorang siswi SMA. Aku menatap ke langit-langit ruangan ini. Berbagai alat penunjang hidup ini sepertinya yang menyadarkan dimana keberadaanku sekarang. Mungkin rumah sakit. Namun tak kudapati seorangpun ada dalam ruangan ini. Tak selayaknya di rumah sakit, dimana keluargaku yang seharusnya menungguku di samping ranjang hingga aku sadar? Aku semakin bingung dengan apa yang terjadi. Dimana Billy si usil? Dimana papa? Dimana mama? Aku merasa sangat rindu kepada keluarga kecilku itu. Kemana sahabat-sahabatku? Dan tentunya dimana Radin? Aku menyayanginya. Sulit untuk menata kekacauan kepingan puzzle yang sudah ku bentuk. Kekacauan itu memudar, perlahan aku ingat apa yang telah terjadi. Aku mengubah posisiku. Kini aku duduk, melepas segala peralatan penunjang hidupku yang mungkin sudah berminggu-minggu menempel ditubuhku. Sakit tentunya, sangat sakit. Namun tidak ada bandingnya dengan sakitku secara psikologis. Darah menetes dari tanganku, dimana selang infus yang tadinya tertancap di nadiku untuk mentransfer cairan ke tubuhku baru saja kulepas secara paksa. Aku mengusap perutku dengan lembut. Peluhku luruh tanpa penghalang. Mataku memandang penuh penyesalan. Tatapanku kosong, teringat masa abu-abu putihku, berbagai peristiwa terlintas, tawa canda, cinta..atau lebih tepatnya cuma nafsu belaka yang membuatku terpaksa terjun ke dunia kelam, hingga aku harus drop out dari sekolah dan menanggalkan masa remajaku. Masih teringat suatu peristiwa yang menyeretku ke ruangan serba putih ini. Radin, kekasihku yang tidak bertanggungjawab itu pergi meninggalkanku, andai dia mengerti seberapa besar rasa cinta yang aku jaga untuknya. Aku fikir semua akan baik-baik saja. Kami mengerti, ini salah kami. Aku masih ingat ketika aku berkata kepadanya bahwa ada seorang calon bayi mungil dalam kandunganku, dia mengatakan bahwa dia akan tetap menyayangiku. Walau awalnya aku nekat untuk memusnahkan calon bayi kami, namun Radin-lah yang meyakinkanku. Bahkan ia berjanji akan bertanggung jawab atas accident kami ini. Radin memelukku ringan dan mencium keningku. Di penghujung senja itu aku memutuskan bahwa aku juga akan tetap mencintainya dan tentunya Radin kecil yang ada dalam kandunganku.
Mungkin beberapa minggu setelah itu aku sangat sulit untuk berkomunikasi dengan Radin. Usia Radin kecil masih 72 hari, ini masih memungkinkanku untuk membawanya ke sekolah. Sekali dalam waktu itu aku bertemu dengannya,ia bersikap aneh padaku, masih terukir jelas difikiranku, matanya merah, menarik lenganku kasar menuju belakang aula. Tempat tersebut cukup sepi, matanya memandangku tanpa bisa kubaca artinya. Aku menarik satu tangannya yang lain dan meletakkannya di perutku. Saat itu cengkraman tangannya yang cukup kuat melemah. Radin memelukku erat tak seperti biasannya dan mencium Radin kecil kita. lalu ia berkata bahwa Tuhan akan menjemputnya atau dia yang akan menghampiri Tuhan. Aku menarik tubuhnya mendekat, Radin akan meneruskan kata-katanya namun aku menahan bibirnya dengan telunjukku. Dia kembali membenamkanku dalam peluknya dan berbisik tepat di telingaku bahwa jam pelajaran selanjutnya ia akan meninggalkan kelas, entah pergi kemana. Dia tak menjawab berbagai pertanyaanku. Setelah saat itu aku tak lagi bertemu dengan Radin, hingga 3 hari kemudian sekolah digemparkan tentang aksi bunuh diri Radin yang loncat dari gedung berlantai 17. Tepat di malam aku mencoba menelponnya, namun tak sekalipun telpon dariku yang diangkat. Aku khawatir.. sore itu Rania melihat Radin bersama dengan segerombolan kakak kelas kami yang bertaraf anarki di sekolah memarkirkan mobil mereka tepat di depan tempat yang tidak seharusnya di kunjungi pelajar SMA. Dan setelah itu ia benar-benar hilang. Hatiku kalut, tak pernah kubayangkan Radin meninggalkanku. Aku tidak dapat berfikir secara jernih, bagaimana aku menjelaskan kepada mama, papa, bahkan orang-orang terdekatku tentang kehadiran Radin kecil dalam kandunganku? Mungkinkah pikiran Radin sama kalutnya atau bahkan lebih kalut dari pada aku, sehingga ia terpaksa mengakhiri hidupnya karena tak sanggup menghadapi kenyataan ini? Pengecut !! Aku segera pulang kerumah setelah pemakaman usai, membiarkan kesedihan, kekecewaan, kemarahan menyelimutiku. Sahabatku cukup mengerti bagaimana keadaanku. Meskipun mereka tidak benar-benar mengerti apa yang telah terjadi diantara kami. Mereka mencoba menghiburku, tapi aku menolak dan ingin menyendiri di rumah. Rumah sepi, hanya Billy yang sempat melihatku mengangis masuk kamar. Billy satu-satunya orang di rumah yang mungkin peduli denganku, ia mengetok pintu dan berkata dengan suara lugunya,”kaak..kak Lisda kenapa nangis? Kak..”. aku tak menghiraukannya. Aku menangis hingga lelah, menutupi wajahku dengan bantal, hingga obat dan bermacam-macam vitamin untuk Radin kecil keluar dari persembunyiannya di bawah bantal. Keputus asaanku telah menguasai kerja otakku. Ku tenggak habis seluruh obat dan setelah itu aku tak tahu apa yang terjadi.
Sekarang kusadari betapa lemahnya pikiranku. Aku berjalan menjahui ranjang pada ruangan serba putih itu karena tertarik pada sebuah koran di atas meja. Suatu benda yang meyakinkanku bahawa mungkin ada seseorang yang memperhatikanku dan mungkin juga sekedar menjengukku dalam cukup waktu yang lama. Darah dari tanganku belum juga bisa berhenti hingga tercecer saat aku berjalan. Entah kebetulan atau keajaiban koran tersebut mengulas tentang seorang siswa yang jatuh dari sebuah gedung bank swasta. Sama. Baik waktu dan tempat dimana saat Radin benar-benar meninggalkanku. Aku menyesal begitu membaca kalimat pertama,” 6 siswa SMA pesta miras di atap gedung, menyumbangkan 1 nyawa sebagai hadiah kelulusan”. Air mataku tak dapat di bendung, aku menyesal telah membunuh Radin kecil dengan pikiran bodohku! Radin bukan bunuh diri. Tapi malam itu ia diundang atau lebih tepatnya dipaksa hadir oleh teman-temannya dari kelas XII untuk mengikuti ritual naas itu, karena sebenarnya Radin telah berjanji untuk tidak lagi berteman akrab dengan berandal sekolah tersebut. Mungkin ia dijebak, atau asli kecelakaan. Tubuhku lemas. Tak berdaya. Kudengar suara tangisan bayi dari luar ruangan aku berjalan menuju pintu. Saat kubuka pintu tangisnya perlahan mereda, namun cahaya  yang sangat menyilaukan menerpa mataku. Aku tetap terus berjalan, tubuhku limbung, jatuh, apa? Siapa? Kurasakan tangan hangat itu tak membiarkanku terjatuh. Ia berbisik lembut,” Kenapa kau biarkan Radin kecil menyusulku? Dan kini kamu? “. “Aku mencintaimu..”, ia mengecup keningku dan menuntunku menuju sebuah jalan panjang. Semua putih, Radin berkata,” kita jemput Radin kecil ya? Kamu benar, dia memang Radin kecil. Tampan, seperti aku. Padahal ku fikir dia adalah Lisda kecil yang mungkin tidak terlalu cantik.” Senyumnya mengejekku. Namun aku tak menghiraukannya, aku merindukan Radin kecil kami. Mungkin selanjutnya kami akan menghadap Tuhan untuk meminta maaf atau mungkin menjalankan hukuman kami sebelum mendapatkan Radin kecil kami. Saat itu kami baru sadar bahwa yang kami lakukan bukan cinta, melainkan nafsu belaka. Kebodohan ini telah merenggut masa remaja kami. Mungkin aku dan Radin hanya satu dari ribuan kasus remaja tak bermoral. Sudahlah.. ku doakan Tuhan menyertaimu sobat. Agar kau terlindung dari sekarat moral sepertiku. Kukirimkan pesan ini dari tanah putih, tempat dimana semua terungkap dan abadi.J

Dongeng Kotak Impian



Dua bulan ini, hidup Trivia begitu terasa aneh teman!!..sejak kedaangan Osca murid baru di kelasku. Bukan karena penampilan anak itu yang aneh, tapi sikap anak itu yang benar-benar membuatku seperti bersama balita. Bukannya apa, tapi apa yang ia lakukan ujung-ujungnya selalu dihubungkan dengan cerita khayal dari negri DONGENG yang childish banget. Sayang..ini dunia REAL buakan FAIRY TALE, bangun dari mimpi dong!! Ia bercerita, bahwa sering kali  yang ia alami ada sambungannya dengan dunia dongengnya. Pada awalnya aku tak percaya tapi.. kalian-kalian-kalian pasti inget di luar kepala deh cerita CINDERELA sama sepatu kaca nya itu..!!GOD !! percaya apa nggak.. alkisah gara-gara telat masuk kelas, dia lari-lari, di ujung jalan dia nubruk cowok, sepatunya Osca terlepas, kerena efek sikap balitanya, ia ke kelas tanpa menyadari ia hanya memakai satu sepatu. Entah bagaimana ceritanya, Steve membawakan sepatu Osca ke kelasnya. Steve??. biasa.standar.. nggak cakep, but..!! steve?? what?? bintang lapangan SMA kita kalii, cewe-cewe bisa langsung frozen  di tempat  GRAK gara-gara tatapan matanya yang COOL bgt! But…baru beberapa minggu setelah ADEGAN cinderela itu, gossip beredar, dan mereka JADIAN !! What?? Heran deh.. aku kira cewek kelas atas yang bisa dapetin Steve, ternyata balita ini mampu menakhlukkan hatinya!! Haduu…
Agghh..sihir dongeng itu mulai memberikan muatan listrik pada otakku untuk tertarik masuk di dalamnya, setelah sebuah vonis tentang dongeng kotak impian yang diluncurkan padaku. Ah..sudah!! Aku memandang kotak berukuran 8 x 8 cm tu dan ingin mengenyahkannya dari pandanganku. Tiba-tiba aku teringat akan perkataan Osca saat menyerahkan kotak ini,”vii.. percaya apa nggak, di dongeng kotak impian..apapun yang kamu tulis dalam kotak akan menjadi kenyataan, akhir- akhir ini kulihat kamu murung, jadi kupinjamkan kotak ini, anggap aja kotak impian. Nanti kalau sudah terwujud, aku bisa ambil, pinjem agak lama juga nggak apa apa sih..vii..”. setelah itu Osca pulang, hingga 2 hari ini dia belum masuk sekolah.. padahal hari ini tekatku sudah bulat untuk mengembalikan benda kotak dari negri dongeng ini kepadanya. Hujan mulai menjatuhkan rintiknya. Lamunanku buyar, aku memutuskan untuk segera pulang. Tapi hujan benar-benar tidak bersahabat. Sampai di depan gerbang hujan tidak memberinya sedikit celah untuk pulang,DERES BANGET. Mau tak mau, aku harus balik kanan dan kembali menuju tempat yang teduh. Ada sebuah bangku, dan aku duduk.. saat menikmati hujan tiba-tiba aku teringat akan kotak impian Osca. Pikiran ku benar-benar sakit..hingga aku menulis banyak macam yang aku inginkan di atas selembar kertas. Dan mulai sedikit mempercayai dongeng bodoh itu. Aku menulis permohonan agar hujan reda sampai ngelantur tentang my prince charming. Walaupun hanya ku tuliskan,”Aku sayang dia Tuhan, ku harap sama apa yang kita rasakan.”. bodohnya lagi aku hendak memasukkannya kedalam kotak tersebut, namun tak kudapati kotak impian itu dimanapun.. aku ingat, ternyata masih aku tinggalkan di ruang kelas. Aku berlari, bukan karena mengharap benda konyol itu mewujudkan impian ku. Hanya saja benda bodoh itu bukan punyaku, Osca pasti kecewa kalau tu benda hilang, ehm..mungkin juga bisa pakai alasan..ajaib tu benda, jadi ilang SENDIRI !! Sesampai di kelas untung saja kotak itu masih ada. Aku memasukkan selembar kertas yang berisi permintaan-permintaan bodohku. Hujan tak kunjung reda, kotak ajaib ini juga belum bereaksi dengan hujan. Aku memaki diriku sendiri yang telah coba mempercayai dongeng bodoh itu sambil keluar kelas dan membawa kotak itu namun seseorang berhasil membuat langkahku terhenti karena terpaksa. Kotak di tanganku terjatuh. Tubuhku menabrak seseorang, karena lepas kendali. Yang pertama kusadari adalah setangkai mawar merah yang tergeletak jatuh karena peristiwa tabrakan tadi. “maaf..” ucapnya. Aku mengangkat kepalaku karena tingginya yang melebihiku untuk mengetahui siapa pemilik suara yang sudah begitu familier di telingaku. Deg!!shok!! satu detik..dua detik..tiga detik.. berhenti berdetak..A.R.Z.A!! my prince charming!!  Ia mengambil bunga yang terjatuh tadi,“ Maaf, dari tadi aku mencarimu, sebenarnya bunga ini untukmu. Tapi sekali lagi maaf..sudah jatuh, jadi mungkin nggak pantas kuberikan padamu. Eh..em..bunga ini mungkin sama-sama jatuh, seperti hatiku..ehm? garing ya vii? Maaf lagi ya..percaya apa nggak, gini aja suda nervous tingkat tinggi loh, aku ngerti kamu pintar. Jadi aku rasa kamu bisa ngerti apa maksudku. Jadi gimana sama kamu?”. Aku tersenyum melihat tingkahnya. Arza bertanya lagi,”maaf ya..tapi apa aku bi-“. Aku menarik bunga yang ia ada di tangannya sehingga ia tidak melanjutkan kata katanya.”Aku juga sangat mengerti kalau kamu lebih pintar dari aku, jadi aku fikir kamu bisa membaca apa yang aku fikirkan.” Aku tersenyum nakal, meninggalkannya dengan langkah perlahan, namun ia mengimbangi langkahku dan berkata,” sangat paham tuan putri…”
Dari kejauhan tampak seorang gadis berpakaian putih berlari membawa kotak impian tersenyum menjauhi Trivia dan Arza, semakin jauh..hingga debu-debu bintang membawanya semakin menghilang,”Bukan masalah REAL atau FAIRY TALE..tapi tentang keyakinan kalian.” Gadis itu tersenyum sebelum benar-benar hilang.